Rabu, 07 September 2011

Kepemimpinan

KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan merupakan salah satu peran terpenting dalam pemecahan masalah kelompok. Keberhasilan atau kegagalan proses diskusi kelompok sering bergantung kepada sifat kepemimpinan yang ada dalam kelompok. Kepemimpinan didefinisikan sebagai tindakan atau perilaku yang mempengaruhi iklim kelompok, prosedur, dan keefektifan dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Upaya-upaya untuk menggambarkan kepemimpinan kelompok terpusat pada berbagai gaya dan fungsi. Akan tetapi, upaya-upaya untuk mengenali pemimpin atas dasar sifat pribadinya biasanya tidak berhasil.
Satu pendekatan kepemimpinan mencoba membedakan pemimpin-pemimpin dari nonpemimpin berdasarkan perbedaan cirri-ciri personal. Meskipun banyak cirri-ciri telah dihubungkan dengan kepemimpinan – ukuran, umur, daya tarik fisik, kecerdasan, kepercayaan diri, dinamisme, daerah asal, tanggung jawab, fasilitas verbal, dapat dipercaya, dan seterusnya. Hasil-hasil secar umum tidak meyakinkan.
Beberapa factor mempengaruhi keseluruhan kualitas, keberhasilan, dan efektivitas upaya pemecahan masalah kelompok. Meskipun hanya merupakan salah satu factor, kepemimpinan merupakan hal yang penting. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai penggunaan pengaruh kepada anggota-anggota lain suatu kelompok. Setiap anggota yang memberikan pengaruh seperti itu dapat dipandang sebagai pemimpin kelompok. Tindakan kepemimpinan adalahtindakan-tindakan yang membantu kelompok mencapai tujuannya. Marilah kita mendiskusikan timbulnya kepemimpinan, gay kepemimpinan yang berbeda, dan fungsi-fungsi kepemimpinan.[1]
Seorang psycholog mengemukakan, bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan kepribadian dengan syarat-syarat tertentu. Diantaranya :[2]
a.       Harus mempunyai keinginan keras untuk mencapai tujuan bersama
b.      Harus mengakui dan taat pada perintah-perintah atasannya.
c.       Dapat mengambil keputusan dengan tepat.
d.      Takut akan kegagalan.
e.       Berani melihat fakta.
f.       Dan lain-lain.
Kepemimpinan yang berdasarkan jabatan atau peringkat juga merupakan hal yang agak umum. Posisi seseorang dalam birokrasi organisasi memerlukan kepemimpinan kelompok. Misalnya, seorang direktur personalia, melalui hak jabatannya, berfungsi sebagai peimpin dewan penilai kelebihan pegawai. Demikian pula halnya, perwira tertinggi yang bertahan dalam medan tempur bertindak sebagai perwira komandan.[3]
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
            Para anggota kelompok dan peneliti mungkin lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada urusan diskusi kepemimpinan daripada aspek-aspek proses diskusi lainnya. Peran kepemimpinan sangat mempengaruhi keseluruhan kualitas diskusi kelompok dan hasil akhirnya. Bagaimana seorang individu bertindak dalam peran kepemiminan, sering bergantung kepada situasi. Jenis-jenis kepemimpinan yang berbeda akan paling efektif di bawah kondisi yang berbeda. Pemimpin kelompok diskusi yang berhasil akan memahami dan mengenali situasi yang berbeda dan mengubah gaya kepemimpinan sesuai dengan tuntutan situasi. Beberapa faktor mempengaruhi situasi kelompok sehingga perlu digunakan gaya kepemimpinan.
            Faktor Lingkungan, Lingkungan atau konteks tempat beroperasinya kelompok mempengaruhi gaya kepemimpinan. Tuntutan waktu yang ditempatkan di atas kelompok dan adanya atau ketidakadaan tekanan atau ketegangan membutuhkan gaya kepemimpinan alternatif.
            Komposisi Kelompok, Faktor-faktor pribadi para anggota kelompok, persepsi mereka terhadap perilaku kepemimpinan yang tepat, dan kebutuhan mereka akan pengawasan yang kuat, moderat, ringan, dan nondirektif, mungkin mempengaruhi pemilihan gaya kepemimpinan.
            Sifat Tugas, Kerumitan atau kesederhanaan tugas dan batasan atau larangan, yang ditempatkan di atas penyelesaian yang sesuai, mempengaruhi gaya kepemimpinan.

Tipe-tipe Pemimpin
            Menurut davis, pemimpin dapat diklasifikasikan dalam klasifikasi yang paling sederhana, yaitu :
  1. “Positive leader”
  2. “Negative leader”
Yang dimaksud dengan “positive leader” adalah seorang pemimpin yang selalu berusaha untuk menambah kepuasan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Didalam melaksanakan tugas-tugasnya, ia tidak hanya memberikan instruksi-instruksi saja, tetapi ia akan memberikan juga segala sesuatu yang diperlukan bawahannya untuk melaksanakan instruksi-instruksi itu. Ia akan bersikap sedemikian rupa sehingga orang-orang yang dipimpinnyaakan menyadari benar-benar kewajibannya, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan “negative leader” adalah seorang pemimpin yang dengan cara-caranya dapat membangkitkan rasa takut dan tidak terjamin kepada orang-orang yang dipimpinnya, sehingga akan menimbulkan rasa ketidakpuasan dikalangan mereka. Didalam melaksanakan kewajibannya “negative leader” akan menunjukkan kekuasaannya dan bersikap superior terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Ia tidak akan segan untuk memarahi bawahannya didepan orang-orang lain, mengemukakan ancaman-ancaman agar orang-orang yang dipimpinnya benar-benarmelakukan tugas-tugasnya.[4]
Kemampuan kepemimpinan adalah wujud tugas sebagai bagian dari manajemen yang menterjemahkan visi dan misi dari manajemen puncak. Kemampuan kepemimpinan seorang Public Relations dapat diartikan kemampuan untuk mengatisipasi masalah yang timbul dari dalam dan luar organisasi serta mampu menyusun rencana kegiatan dan melaksanakannya. Public Relations sebagai komunikator yang perlu memiliki jiwa kepemimpinan yang berprinsip, dengan paradigm terobosan pola piker yang baru perlu tips khusus.




[1] Wirasasmita yuyun, Prof. Dr. M.Sc. Komunikasi Bisnis dan Profesional, Bandung, PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2006, hal. 169
[2] Abdurrachman, Oemi, M.A. Dasar-Dasar Public Relations, Bandung, PT. CITRA ADITYA BAKTI, 1995, hal. 91
[3] Wirasasmita yuyun, Prof. Dr. M.Sc. Komunikasi Bisnis dan Profesional, Bandung, PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2006, hal. 170
[4] Abdurrachman, Oemi, M.A. Dasar-Dasar Public Relations, Bandung, PT. CITRA ADITYA BAKTI, 1995, hal. 94

Rabu, 31 Agustus 2011

ETIKA KOMUNIKATOR DALAM BERKOMUNIKASI

Etika adalah pedoman tingkah laku dan penilaian moral. Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Oleh karena itu, komunikator biasa disebut pengirim, sumber,  source atau encoder.  Secara umum etika merupakan cabang filsafat yang bertugas mencari ukuran baik buruk bagi tingkah laku manusia (kepatutan) serta merupakan dasar tingkah laku manusia bagaimana manusia harus bertindak. Namun pemahaman yang lebih jelas menyebutkan bahwa etika tidak menetapkan apa yang boleh dilakukan dan dilarang tetapi cenderung mengerti mengapa atau dasar apa harus menurut norma-norma tertentu.
Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus terampil berkomunikasi, dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas.
Suatu hal yang sering dilupakan oleh komunikator sebelum memulai aktivitas komunikasinya, ialah bercermin pada dirinya apakah syarat-syarat yang harus dimiliki seorang komunikator yang handal telah dipenuhi atau belum.
Mengenal diri sendiri
            Komunikasi yang dilakukan tanpa mengena sasaran, yang disalahkan adalah komunikatornya. Komunkator adalah pengambil inisiatif terjadinya suatu proses komunikasi. Dia yang harus mengetahui lebih awal tentang kesiapan dirinya, pesan  yang ingin disampaikan, media yang digunakan, hambatan yang mungkin ditemui, serta khalayak yang akan menerima pesannya. Dalam kehidupan kita sehari-hari, mengenal diri adalah suatu hal yang sangat penting jika kita menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat. Sebab dengan mengenal diri, kita dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri kita.
           
            Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain mengenal dirinya, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power).
-          Kepercayaan (credibility)
Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima).
Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos, dan logos. Ethos ialah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya. Sedangkan logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.
-          Daya Tarik (attractiveness)
Daya tarik adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator, karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking), dan fisiknya (physic).
-          Kekuatan (power)
Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain. Kekuatan bisa juga diartinya sebagai kekuasaan yang mana khalayak dengan mudah menerima suatu pendapat kalau hal itu disampaikan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Misalnya kepala kantor kepada bawahannya, kepala desa kepada warganya.
Meski kekuasaan tidak selamanya menjadi prasyarat bagi seseorang komunikator yang ingin sukses, tapi minimal ia harus memiliki kredibilitas dan daya tarik. Kemampuan untuk menumbuhkan kredibilitas dan daya tarik sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk berempathy. Artinya komunikator memiliki kemampuan untuk memproyeksikan dirinya ke dalam diri orang lain.
Etika pada dasarnya merupakan dialektika antara kebebasan dan tanggung jawab antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu.
Dalam kaitannya dengan proses komunikasi, etika memiliki kaitan erat karena berbagai pertimbangan yaitu:
1.      Proses komunikasi selalu berhubungan dengan masyarakat yang beragam (pluralistik) beserta moralitasnya dengan kata lain proses komunikator berhadapan dengan komunikan yang berbeda-beda agama, bangsa, suku dan sebagainya.
2.      Proses komunikasi melibatkan unsur media sebagai alat penyampai pesan yang memberikan stimulus dan efek yang berbeda-beda . (Etika digunakan sebagai sarana untuk membatasi dan meminimalisasi efek negatif).
3.      Masyarakat sebagai komunikan selalu berada dalam transformasi yang menyebabkan perubahan dalam cara berpikir. Etika digunakan sebagai sarana peneguh agar komunikasi yang dilakukan tetap sesuai dengan hakiki budaya, nilai, serta norma yang sesuai.
4.      Masyarakat sebagai objek komunikasi juga menerima (ter-exposure) pesan-pesan yang berasal dari luar yang memiliki nilai, norma, dan budaya yang berbeda. Dalam hal ini, etika digunakan untuk menghadapi nilai, norma-norma dan budaya dari luar secara kritis dan objektif untuk membentuk penilaian sendiri.
Dari konteks hubungan antara etika dengan komunikasi maka dapat disimpulkan bahwa konsep etika komunikator memiliki makna sebagai standar perilaku yang baik dan benar, yang memungkinkan menjalankan aktivitas komunikasi secara etis dalam konteks budaya serta moralitas tertentu. Oleh karenanya ada beberapa prinsip dalam etika komunikator, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Prinsip Kejujuran dalam Pesan
a.       Pesan harus sungguh-sungguh menyatakan realitas yang sebenar-benarnya.
b.      Menghindari upaya manipulasi dengan motif apapun.
2.      Prinsip Manusia sebagai Pribadi
a.       Relasi / Interaksi yang dilakukan dan isi pesan yang disampaikan harus  menghormati manusia sebagai pribadi
b.      Menghormati hak dan tanggung jawab terhadap pemilihan pesan yang dibutuhkan.
c.       Pesan komunikasi tidak menjebak manusia dalam kondisi bertindak Irasional.
3.      Prinsip Tanggung jawab sosial
a.       Setiap proses komunikasi akan selalu mengakibatkan dampak pada aspek kognitif, afektif dan konasi. Dampak yang ditimbulkan tersebut bisat bersifat positif dan negatif.
b.      Prinsip tanggung jawab sosial lebih menekankan pada minimalisasi dampak  negatif disamping juga diperuntukkan sebagai cara untuk melakukan kontrol sosial.
Karena di dalam proses komunikasi didikotomikan antara proses komunikasi interpersonal dan komunikasi massa, maka secara otomatis etika komunikator juga dibagi dalam dua konsep. Thomas Nilsen dalam bukunya Ethics of Speech Communication menawarkan standar etis dalam komunikasi interpersonal dengan saran-saran sikap sebagai berikut :
a.       Penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa memandang umur, status atau hubungan dengan pembicara.
b.      Penghormatan terhadap, ide, perasaan, maksud dan integritas orang lain.
c.       Sikap suka memperbolehkan, keobjektifan dan keterbukaan pikiran yang mendorong kebebasan berekspresi.
d.      Penghormatan terhadap bukti dan pertimbangan yang rasional.
e.       Lebih dulu mendengarkan dengan hati dan berempati sebelum menyatakan persetujuan atau ketidak setujuan.
Sedangkan pada proses komunikasi massa, maka pokok-pokok etika yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Fairness
Seorang komunikator dalam menyampaikan pesan (mencari, mengumpulkan dan mengolah pesan) haruslah “jujur” tidak mendustakan pesan informasi yang disampaikan. Fairness dalam hal ini juga bersifat obyektif terhadap fakta dan data pesan. Selain itu juga faireless juga dimaksudkan dengan adil tidak memihak (netral), serta menunjuk pada kewajaran dan kepatutan. Seandainya fairness ini dilanggar maka masyarakat tidak akan percaya lagi pada komunikator plus lembaganya.
2.      Akurasi
Akurasi adalah ketepatan data pesan informasi yang disiarkan pada khalayak. Akurasi hanya bias didapat dengan penelitian yang cermat. (Dalam istilah jurnalistik Check dan Recheck). Berbagai cara untuk penelitian informasi demi kejernihan data karena komunikator memiliki tanggung jawab etis untuk memeriksa ulang ketepatan bukti dan penalaran yang diajukan sebelum disampaikan kepada khalayak.
3.      Bebas Dan Bertanggung Jawab
Prinsip kebebasan dalam komunikasi masa ini mengandung pengertian bahwa komunikator mempunyai kebebasan untuk mencari, mengumpulkan serta menyampaikan informasi pada khalayak (menyampaikan pendapat/pikiran adalah hak setiap manusia). Dibalik kebebasan tersebut terdapat tanggung jawab terhadap kebenaran dalam pesan yang disampaikan, karena tidak ada masyarakat yang dapat mentoleransi kebebasan sepenuhnya dalam menyampaikan informasi.
Komunikator yang bertanggung jawab akan menganalisa setiap tuntutan dengan hati-hati mempertimbangkan setiap akibat yang mungkin, dan secara sadar menimbang nilai-nilai yang relevan. Secara singkat komunikator yang bertanggung jawab adalah komunikator yang dapat menjawab, dia menggunakan kemampuan untuk menangapi (bersifat tanggap) setiap kebutuhan komunikasi dengan berbagai pihak dengan cara yang peka, cermat, dan tepat.
4.      Kritik Konstruktif
Pelaksanaan untuk melakukan perbaikan terhadap setiap kejadian penyimpangan oleh karenanya komunikator dalam komunikasi masa harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap keselamatan, kesejahteraan dan kebenaran. Etika disini adalah menekankan sejauh mana komunikator ikut serta menyampaikan kebenaran.